Panitia dan peserta simposium internasional ketiga pusat studi PPI Turki (12/2/2025)
Bursa, Mitrajustice.com – (12/02/2025) – Simposium Internasional ketiga di Turkiye sukses digelar pada 10-11 Februari 2025 di Mümine Şeremet Uyumayan Kütüphanesi, Bursa. Mengusung tema Indonesia’s Strategic Position Towards Peace for Global Conflict Prevention, simposium ini dihadiri oleh berbagai akademisi, diplomat, serta mahasiswa dari berbagai universitas di Turkiye. Acara ini menjadi platform akademik yang penting bagi para mahasiswa dan peneliti untuk berbagi wawasan terkait strategi Indonesia dalam menjaga stabilitas global. Selain itu, simposium ini juga menjadi wadah bagi para peserta untuk memperluas jaringan akademik dan profesional di bidang hubungan internasional dan kebijakan luar negeri.
Simposium ini dipimpin oleh Nabila Diyana Putri, yang menjabat sebagai Ketua Acara Simposium Internasional PPI Turki (SIMIT) ketiga. Kegiatan ini menjadi ajang diskusi bagi para peserta untuk membahas peran strategis Indonesia dalam menjaga perdamaian global dan mencegah konflik internasional. Dari total 25 abstrak yang masuk, sebanyak 16 asbtrak dinyatakan layak untuk dipresentasikan. Beberapa topik yang dibahas meliputi, diplomasi preventif, strategi ekonomi dalam menjaga stabilitas global, serta peran teknologi dalam mitigasi konflik.
Salah satu sesi utama dalam simposium ini menghadirkan diskusi panel dengan tiga narasumber yang memberikan wawasan mendalam tentang diplomasi, teologi, serta peran Indonesia dalam berbagai isu global. Narasumber tersebut, yaitu Hardiyono Kurniawan, Prof. Bülent Şenay, dan Prof. Muhammad Nasir Badu.
Hardiyono Kurniawan, Koordinator Informasi dan Sosial Budaya KJRI Istanbul, menyoroti peran strategis Indonesia dalam diplomasi multilateral dan hubungan internasional. Beliau menegaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu pendukung vokal dalam upaya perdamaian global dan aktif dalam organisasi seperti PBB OISA, dan BRICS untuk menjaga keseimbangan ekonomi serta keberlanjutan. Ia juga menekankan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam melindungi perdagangan ASEAN dan mendukung stabilitas regional melalui G20. Dalam konteks konflik internasional, Indonesia memberikan dukungan terhadap solusi dua negara untuk Palestina melalui OKI dan PBB serta berkolaborasi dengan berbagai negara, termasuk beberapa anggota BRICS, untuk memperkuat stabilitas global.
Sementara itu, Prof. Bülent Şenay dari Bursa Uludağ University menyampaikan perspektif teologis dalam penyelesaian konflik global. Ia menyoroti bahwa konflik di Gaza bukan sekadar konflik biasa, melainkan genosida yang melibatkan kekuatan besar. Dalam pemaparannya, ia merujuk pada konsep Amalek dalam sejarah dan menekankan bahwa ketidakadilan terhadap rakyat sipil bukan hanya isu politik, tetapi juga isu moral dan kemanusiaan. Ia juga mengaitkan prinsip-prinsip dalam Al-Qur’an, seperti konsep Taaruf (perkenalan dan pemahaman antarbudaya), Taamun (kerja sama dalam kebaikan), serta Tadafu/Mudafaa (pembelaan terhadap keadilan) sebagai pendekatan dalam resolusi konflik. Ia mengutip penyair terkenal Turki, Cahit Sıtkı Tarancı, dengan puisinya Memleket İsterim, yang menyoroti pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat.
Prof. Muhammad Nasir Badu dari Hasanuddin University, yang menjadi pembicara terakhir, menyoroti kondisi terkini Indonesia dan berbagai tantangan global yang sedang dihadapi. Namun, yang menarik dalam sesi ini adalah keputusannya untuk menyerahkan 15 menit dari waktu berbicaranya kepada Prof. Bülent Şenay, karena ia merasa bahwa perspektif yang disampaikan oleh akademisi dari Bursa Uludağ University tersebut sangat luar biasa dan memberikan wawasan baru dalam penyelesaian konflik global.
Simposium ini menjadi ajang penting untuk memahami peran strategis Indonesia dalam diplomasi global serta bagaimana perspektif agama, budaya, dan kebijakan sosial dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik internasional. Adanya keterlibatan berbagai akademisi dan diplomat, simposium ini menegaskan bahwa Indonesia terus berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik, baik melalui jalur diplomasi, ekonomi, maupun pendekatan teologis. Harapannya, melalui diskusi seperti ini, semakin banyak akademisi dan pemimpin yang dapat berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih damai dan berkelanjutan.
Pada hari terakhir simposium, diselenggarakan sesi Forum Group Discussion (FGD) yang mempertemukan para peserta dari berbagai disiplin ilmu untuk mendiskusikan dan berdebat terkait tema besar simposium ini. Berbagai perspektif dari bidang teknologi, keamanan siber, kesehatan, hubungan internasional, agama, ekonomi, pertahanan negara, dan pendidikan turut diangkat dalam diskusi tersebut. Hasil dari diskusi ini dirangkum dalam sebuah draf rekomendasi yang kemudian akan dikirimkan kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai bentuk kontribusi konkret dari para akademisi dan peserta dalam merumuskan kebijakan yang dapat mendukung perdamaian global dan penyelesaian konflik internasional.
Melalui keberhasilan penyelenggaran simposium ini, diharapkan PPI Turkiye dapat terus menjadi wadah bagi mahasiswa Indonesia di Turkiye untuk berkontribusi dalam isu-isu global serta memperkuat jejaring akademik dan profesional. Semakin banyaknya diskusi ilmiah dan kolaborasi antara akademisi serta pemangku kebijakan, diharapkan solusi konkret terhadap berbagai permasalahan global dapat terus dikembangkan dan diterapkan demi menciptakan dunia yang lebih stabil dan harmonis.
Contact Person
Moh Andy Iqbal